Kamis, 01 Maret 2012

Apa yang dimaksud dengan BLOG??

Jumaat, 2 Maret 2012


APA ITU BLOG?? 

Blog merupakan singkatan dari web log adalah bentuk aplikasi web yang menyerupai tulisan-tulisan (yang dimuat sebagai posting) pada sebuah halaman web umum. Tulisan-tulisan ini seringkali dimuat dalam urut terbalik (isi terbaru dahulu baru kemudian diikuti isi yang lebih lama), meskipun tidak selamanya demikian. Situs web seperti ini biasanya dapat diakses oleh semua pengguna internet sesuai dengan topik dan tujuan dari si pengguna blog tersebut.

SEJARAH TENTANG BLOG
 
Media blog pertama kali dipopulerkan oleh Blogger.com , yang dimiliki oleh PyraLab sebelum akhirnya PyraLab diakuisi oleh Google.com pada akhir tahun 2002 yang lalu. Semenjak itu, banyak terdapat aplikasi-aplikasi yang bersifat sumber terbuka yang diperuntukkan kepada perkembangan para penulis blog tersebut.
Blog mempunyai fungsi yang sangat beragam,dari sebuah catatan harian, media publikasi dalam sebuah kampanye politik, sampai dengan program-program media dan perusahaan-perusahaan. Sebagian blog dipelihara oleh seorang penulis tunggal, sementara sebagian lainnya oleh beberapa penulis, . Banyak juga weblog yang memiliki fasilitas interaksi dengan para pengunjungnya, seperti menggunakan buku tamu dan kolom komentar yang dapat memperkenankan para pengunjungnya untuk meninggalkan komentar atas isi dari tulisan yang dipublikasikan, namun demikian ada juga yang yang sebaliknya atau yang bersifat non-interaktif.
Situs-situs web yang saling berkaitan berkat weblog, atau secara total merupakan kumpulan weblog sering disebut sebagai blogosphere Bilamana sebuah kumpulan gelombang aktivitas, informasi dan opini yang sangat besar berulang kali muncul untuk beberapa subyek atau sangat kontroversial terjadi dalam blogosphere, maka hal itu sering disebut sebagai blogstorm atau badai blog.

KOMUNITAS BLOGGER

Komunitas blogger adalah sebuah ikatan yang terbentuk dari [para blogger] berdasarkan kesamaan-kesamaan tertentu, seperti kesamaan asal daerah, kesamaan kampus, kesamaan hobi, dan sebagainya. Para blogger yang tergabung dalam komunitas-komunitas blogger tersebut biasanya sering mengadakan kegiatan-kegiatan bersama-sama seperti kopi darat.
Untuk bisa bergabung di komunitas blogger, biasanya ada semacam syarat atau aturan yang harus dipenuhi.

SMK - Tata Boga, PASTI BISA!!!

Saat ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) telah mengalami perkembangan pesat dan mendapat perhatian sendiri dari pemerintah. Misalnya sering diadakannya Lomba Keterampilan Siswa (LKS) yang diadakan setahun skali. Banyaknya ilmu yang diajarkan berbeda dengan sekolah SMA. Di SMK kita diajarkan keahlian tersendiri seperti halnya di SMKN 57 Jakarta, ada kejuruan yang mengajarkan ilmu tentang masak (product) atau biasa disebut Tata Boga. Dalam SMK ita tidak hanya belajar teori melainkan ada prakteknya juga. Berawal dari kelas satu biasanya kita diajarkan dari yang paling dasar. Misalnya dari jenis potongan sayuran, kemudian macam - macam potongan daging, ikan, ayam, jenis sayur dan buah - buahan kemudian teknik memasaknya. SMK bidang Tata Boga pun juga mengajarkan bagaimana kita mengolah makanan kemudian menjualnya.  Bukan hanya terampil dalam memasak saja, yang namanya Tata Boga juga melingkupi pelayanan  jasa ( service) seperti waiter. Kita juga akan terampil dalam membuat minuman, merangkai bunga, dan belajar untuk melayani tamu / customer.
 Itu semua diajarkan dengan harapan supaya generasi SMK skarang ini, nantinya bukan hanya saja dapat kompeten nantinya dalam bekerja, justru nantinya dapat menyediakan lapangan kerja, karena SMK BISA!!!

Bahasa Inggris Dalam Sekolah Bertaraf International (RSBI)

Salah satu keunggulan RSBI adalah pengantar pada saat pelajaran menggunakan 2 bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, akan tetapi lebih mengutamakan Bahasa Inggris. Barangkali ide dari sistem pembelajaran tersebut patut untuk dicontoh. Akan tetapi, apakah hanya menjadi sebatas kemampuan berbahasa saja yang di unggulkan?
Program dari menggunakan bahasa asing tersebut menjadi kebanggan kita tersendiri untuk para murid. tapi apa kabar dengan sekolah yang bertaraf nasional saja? Mungkin mereka tidak sepenuhnya untuk menggunakan bahasa asing dalam sistem pendidikan, melainkan bahasa lokal. Ada sisi positif dan sisi negatif tersendiri dalam penggunaan bahasa Inggris dalam sistem pebelajaran saat ini khususnya seperti saya yang menjadi murid sekolah bertaraf imternasional yang  berada di sekolah kejuruan pariwisata.
Dilihat dari sisi positifnya yakni, pada era globalisasi saat ini, di zaman terus maju, teknologi semakin canggih yang kita semua juga tahu bahwa bahasa Internasional adalah Bahsa Inggris. Tentu saja guru ataupun orang tua akan menjadi bangga apabila kita dapat berbicara dalam bahasa Inggris, lalu mendapatkan nilai delapan dalam rapot semester kita karena itu suatu kemajuan dari sekarang untuk masa depan kita yang pastinya akan penuh persaingan mengingat akan ada perdagangan manusia pada sekitar tahun 2014.
Tapi yang menjadi ada sedikit kendala bagi saya adalah, kenapa siswa siswi justru harus dituntut untuk dapat berkomunikasi Bahasa Inggris yang dikarenakan Sekolah Bertaraf International sedangkan bahasa Indonesia begitu saja diremehkan? berbeda jauh kalau kita mendapatkan nilai sembilan pada pelajaran bahasa daerah misalnya, orang tua ataupun guru pasti menilai biasa saja?! ini membuktikan bahwa kita lebih bangga dengan bahasa asing daripada bahasa kita sendiri yang sudah pasti jati diri bangsa kita. tidaka ada salahnya kita pandai dalam berbahasa Inggris, tapi alangkah baiknya kalau kita juga terus melestarikan bahasa daerah yang siapa tahu menjadi daya tarik tersendiri bagi negara lain tentang keanekaragaman negri kita tercinta ini.

Bahasa Indonesia Dalam Bidang Pendidikan Saat ini

Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tak heran apabila mata pelajaran ini kemudian diberikan sejak masih di bangku SD hingga lulus SMA. Dari situ diharapkan siswa mampu menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Kemudian pada saat SMP dan SMA siswa juga mulai dikenalkan pada dunia kesastraan. Dimana dititikberatkan pada tata bahasa, ilmu bahasa, dan berbagai apresiasi sastra. Logikanya, telah 12 tahun mereka merasakan kegiatan belajar mengajar (KBM) di bangku sekolah. Selama itu pula mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak pernah absen menemani mereka.

Tetapi, luar biasanya, kualitas berbahasa Indonesia para siswa yang telah lulus SMA masih saja jauh dari apa yang dicita-citakan sebelumnya. Yaitu untuk dapat berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.Hal ini masih terlihat dampaknya pada saat mereka mulai mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Kesalahan-kesalahan dalam berbahasa Indonesia baik secara lisan apalagi tulisan yang klise masih saja terlihat. Seolah-olah fungsi dari pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah tidak terlihat maksimal. Saya penah membaca artikel dosen saya yang dimuat oleh harian Pikiran Rakyat. Dimana dalam artikel tersebut dibeberkan banyak sekali kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia yang dilakukan oleh para mahasiswa saat penyusunan skripsi. Hal ini tidak relevan, mengingat sebagai mahasiswa yang notabenenya sudah mengenyam pendidikan sejak setingkat SD hingga SMU, masih salah dalam menggunakan Bahasa Indonesia.

Lalu, apakah ada kesalahan dengan pola pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah? Selama ini pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah cenderung konvesional, bersifat hafalan, penuh jejalan teori-teori linguistik yang rumit. Serta tidak ramah terhadap upaya mengembangkan kemampuan berbahasa siswa. Hal ini khususnya dalam kemampuan membaca dan menulis. Pola semacam itu hanya membuat siswa merasa jenuh untuk belajar bahasa Indonesia. Pada umumnya para siswa menempatkan mata pelajaran bahasa pada urutan buncit dalam pilihan para siswa. Yaitu setelah pelajaran-pelajaran eksakta dan beberapa ilmu sosial lain. Jarang siswa yang menempatkan pelajaran ini sebagai favorit. Hal ini semakin terlihat dengan rendahnya minat siswa untuk mempelajarinya dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Saya menyoroti masalah ini setelah melihat adanya metode pengajaran bahasa yang telah gagal mengembangkan keterampilan dan kreativitas para siswa dalam berbahasa. Hal ini disebabkan karena pengajarannya yang bersifat formal akademis, dan bukan untuk melatih kebiasaan berbahasa para siswa itu sendiri.

Pelajaran Bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah sejak kelas 1 SD. Seperti ulat yang hendak bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Mereka memulai dari nol. Pada masa tersebut materi pelajaran Bahasa Indonesia hanya mencakup membaca, menulis sambung serta membuat karangan singkat. Baik berupa karangan bebas hingga mengarang dengan ilustrasi gambar. Sampai ke tingkat-tingkat selanjutnya pola yang digunakan juga praktis tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pengajaran Bahasa Indonesia yang monoton telah membuat para siswanya mulai merasakan gejala kejenuhan akan belajar Bahasa Indonesia. Hal tersebut diperparah dengan adanya buku paket yang menjadi buku wajib. Sementara isi dari materinya terlalu luas dan juga cenderung bersifat hafalan yang membosankan. Inilah yang kemudian akan memupuk sifat menganggap remeh pelajaran Bahasa Indonesia karena materi yang diajarkan hanya itu-itu saja. 


Tidak adanya antusiasme yang tinggi, telah membuat pelajaran ini menjadi pelajaran yang kalah penting dibanding dengan pelajaran lain. Minat siswa baik yang menyangkut minat baca, maupun minat untuk mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia semakin tampak menurun. Padahal, bila kebiasaan menulis sukses diterapkan sejak SMP maka seharusnya saat SMA siswa telah dapat mengungkapkan gagasan dan ''unek-unek'' mereka secara kreatif. Baik dalam bentuk deskripsi, narasi, maupun eksposisi yang diperlihatkan melalui pemuatan tulisan mereka berupa Surat Pembaca di berbagai surat kabar. Dengan demikian apresiasi dari pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi jelas tampak prakteknya dalam kehidupasn sehari-hari. Bila diberikan bobot yang besar pada penguasaan praktek membaca, menulis, dan apresiasi sastra dapat membuat para siswa mempunyai kemampuan menulis jauh lebih baik Hal ini sangat berguna sekali dalam melatih memanfaatkan kesempatan dan kebebasan mereka untuk mengungkapkan apa saja secara tertulis, tanpa beban dan tanpa perasaan takut salah. 

Dan saya sendiri pernah ada pengalaman, bahwa di jaman skarang ini, banyak sekolah bertaraf internasional lebihyang seharusnya tetap terus melestarikan  mengutamakan siswa siswinya untuk berkomunikasi dalam Bahasa Inggris bukan Bahasa Indonesia yang menjadi bahasa kita sendiri.